Search Blog

Translate

SPONSOR

Saturday, November 26, 2016

TAKUT KEPADA ALLAH

Takut kepada ALLAH adalah sebuah rasa yang tumbuh jika manusia mengenal Tuhannya. Ia adalah perasaan yang memahami keagungan Sang Pencipta Yang Maha Agung. Bagaimana Sang Penakluk langit dan bumi yang tidak ditakuti, sementara ia menguasai segala mahluk, sesuatu tidak akan menjadi kuat kecuali dengan penciptaan dan pertolongan-Nya, yang tidak ada satu mahluk pun yang mampu menghalangi kemarahan-Nya.

      "Katakanlah : "Maka siapakah gerangan yang dapat menghalangi kehenadak Allah, jika Dia hendak membinasakan al-Masih Putra Maryam itu beserta Ibunya dan seluruh orang yang berada di bumi? Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS Al Maidah : 17)

Barangsiapa mengetahui Allah dengan penuh keyakinan, akan terhapus rasa berani (berbuat maksiat) dan waspada akan selalu menyertainya. Imam Al Hasan Al Bashri menangis. Lantas beliau ditanya, "apa yang membuat engkau menangis?" Beliau menjawab, "Aku takut Allah akan melemparkanku kedalam neraka, sementara Dia tidak peduli.". Takut kepada Allah adalah perasaan yang menunjukkan kemuliaan jiwa, sadarnya indera, dan berkuasanya tali kendali pada saat-saat sepi. ia adalah sifat manusia yang layak mendapatkan penghormatan dan pahala. Dia mampu menguasai diri dari nafsu, meninggalkannya. Dia mengendalikan nafsu bukan karena apa-apa, tetapi karena Allah melihatnya.

Jika rasa takut kepada Allah bersemayam dalam hati, manusia akan mencapai puncak perbuatan ihsan, sebagaimana yang dikatakan Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam,"Ihsan adalah kamu menyembah Allah, seakan kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, Allah sesungguhnya melihatmu (HR. Bukhari Muslim). Pengharapan kepada Allah dan berbaik sangka kepada-Nya akan muncul jika amalan wajib telah dikerjakan, lalu diikuti dengan bergegas menunaikan hak-hak-Nya dan bangun malam demi mencapai keridhaan-Nya. Jika manusia bermalas-malasan, maka tidak ada tempat dalam dirinya kedua sifat diatas.*

sumber : Buku berjudul "Saat-saat Rasulullah Menangis" by Sa'ad Yusuf Abu Aziz

No comments:

Post a Comment

Popular Posts